Scroll untuk baca artikel
Berita

Wall Street Masih Galau, Bursa Asia Dibuka Berjatuhan

462
×

Wall Street Masih Galau, Bursa Asia Dibuka Berjatuhan

Sebarkan artikel ini

TEGALPOS.COM –

Jakarta Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (3/1/2024), di dalam berada dalam kondisi bursa saham Amerika Serikat (AS) yang dimaksud ditutup bervariasi pada perdagangan perdananya dalam 2024.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong merosot 0,97%, Shanghai Composite China turun 0,17%, Straits Times Singapura melemah 0,81%, ASX 200 Australia ambles 1,11%, dan juga KOSPI Korea Selatan ambruk 2,05%.

Sementara untuk pangsa saham Jepun masih libur kemudian baru akan dibuka kembali pada Kamis mendatang, sehingga perdagangan perdananya akan terjadi besok.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang dimaksud cenderung berjatuhan terjadi pada berada dalam melemahnya dua indeks utama di area bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones berhasil ditutup naik tipis 0,07%. Sebaliknya, indeks Nasdaq anjlok 1,63% dan juga indeks S&P melemah 0,57%.

Indeks S&P 500 lalu Nasdaq Composite mengakhiri pembukaan perdagangan pertama tahun 2024 dengan tambahan rendah, terbebani oleh jatuhnya saham Apple hampir 4% setelahnya broker menurunkan peringkat serta penurunan di area antara nama-nama perusahaan teknologi besar lainnya yang digunakan dipicu oleh kenaikan imbal hasil (yield)US Treasury.

Sesi yang dimaksud lesu terjadi setelahnya tahun pada mana tiga indeks utama Wall Street mencatat kenaikan dua digit didukung optimisme seputar kecerdasan buatan (AI) lalu stabilisasi inflasi. S&P 500 berakhir pada minggu lalu pada 1% dari rekor penutupan tertinggi yang dimaksud dicapai pada awal 2022.

Saham Apple jatuh pasca Barclays menurunkan peringkat raksasa teknologi itu menjadi “underweight”, dengan alasan melemahnya permintaan iPhone. Saham-saham teknologi megacap Negeri Paman Sam lainnya, termasuk Nvidia, Meta Platforms, serta Microsoft juga melemah.

Wall Street tertekan pada perdagangan Selasa oleh sebab itu yield US Treasury naiktenor 10 tahun berada dalam menghadapi 4%, level tertinggi dua minggu sebelum sedikit menurun.

Pergerakan yield US Treasury yang dimaksud mencerminkan ekspektasi pemodal yang digunakan lemah terhadap pemotongan suku bunga Negeri Paman Sam tahun ini. Hal ini, pada gilirannya, membebani saham-saham yang dimaksud sedang mengalami perkembangan di dalam antaranya saham-saham teknologi yang digunakan akan mendapatkan keuntungan dari lingkungan suku bunga yang mana lebih besar menguntungkan.

Risalah pertemuan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) terakhir di area 2023 yakni Desember lalu sebagian data lingkungan ekonomi tenaga kerja akankeluar pada pekan ini akibat para pelaku pangsa akan melakukan konfirmasi waktu peluang penurunan suku bunga.

Perangkat FedWatch CME Group menunjukkan The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada konferensi Januari, para pelaku lingkungan ekonomi memperkirakan prospek penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada Maret sebesar 70%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Artikel Selanjutnya Keresahan Mulai Mereda, Bursa Asia Mulai Menghijau Lagi

SUMBER CNBC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *