TEGALPOS.COM – Jakarta- Perajin Tahu-Tempe masih mengeluhkan seretnya pasokan dan juga kenaikan tarif kedelai dalam pangsa juga mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan impor kedelai.
Ketua Asosiasi Bank Benih & Teknologi Tani Indonesia, Dwi Andreas Santosa menyatakan ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai sudah ada sangat besar.
Hal ini tak lepas dari kondisi produksi yang turun belaka mencapai 301 ribu ton per tahun sementara permintaan kedelai domestik yang dipenuhi dari impor mencapai 5 jt ton/tahun untuk bungkil sementara green kedelai mencapai 2,7 jt ton per tahun.
Dwi Andreas menyatakan murahnya nilai jual kedelai yang mana sangat pada bawah beras yakni belaka Mata Uang Rupiah 8.000/Kg sementara biaya produksi mencapai Simbol Rupiah 13.800/Kg sehingga memproduksi petani malas untuk menyumbangkan kedelai.
Seperti apa kondisi produksi kedelai RI kemudian seberapa urgensi impor kedelai? Selengkapnya simak dialog Shinta Zahara dengan Direktur Aneka Kacang & Umbi Kementerian Pertanian RI, Enie Tauruslina Amarullah serta Ketua Asosiasi Bank Benih & Teknologi Tani Indonesia, Dwi Andreas Santosa pada Squawk Box,CNBCIndonesia (Kamis, 11/01/2024)
SUMBER CNBC.COM