Berita

Analis yakin nilai tukar emas terus meningkat hingga 2025

14

Ibukota – Analis broker Octa Kar Yong Ang menyatakan biaya emas akan terus meningkat hingga tahun 2025, walau sempat mengalami koreksi pada beberapa bulan terakhir.

“Secara keseluruhan, kami mengamati deskripsi yang dimaksud beragam. Pada dasarnya, emas 'patut dibeli', tetapi komponen teknis menunjukkan bahwa koreksi jangka pendek mungkin saja akan terjadi,” kata Kar Yong Ang, dalam Jakarta, Jumat.

Meskipun ada keterpurukan sementara, emas terus bergerak lebih tinggi lebih tinggi pada bulan Agustus dengan rekor tertinggi dalam bilangan bulat 2.531 dolar Negeri Paman Sam per ounce.

Kebijakan moneter global yang tersebut longgar berubah menjadi salah satu faktor utama yang tersebut menyokong kenaikan biaya emas. Bank sentral pada seluruh dunia, di antaranya Federal Reserve AS, diperkirakan akan menurunkan suku bunga secara signifikan pada beberapa kuartal ke depan.

Penurunan suku bunga ini akan mengempiskan biaya kesempatan untuk memiliki emas, sehingga meningkatkan daya tarik logam mulia ini.

Selain itu, ketidakstabilan kebijakan pemerintah global, seperti konflik pada Timur Tengah dan juga Eropa Timur, juga memberikan dorongan tambahan bagi harga jual emas. Dalam situasi ketidakpastian geopolitik, emas banyak kali dianggap sebagai aset yang aman atau safe haven.

“Sampai ada jalan yang tersebut jelas menuju stabilitas, penanam modal akan lebih banyak memilih untuk berhati-hati kemudian belaka akan membeli emas 'untuk berjaga-jaga’,” kata ia lagi.

Permintaan dari negara-negara konsumen utama emas, seperti China kemudian India, juga diperkirakan akan terus kuat. eksekutif India, misalnya, telah dilakukan memotong bea impor emas kemudian perak dari 15 persen berubah menjadi 6 persen untuk memperkuat konsumsi selama musim perayaan.

Dengan beraneka faktor bullish yang digunakan mendukung, emas diprediksi akan terus menawan minat pemodal hingga 2025. Dia meyakini nilai tukar emas akan menguji level 2.600 dolar Negeri Paman Sam serta dapat berpindah menuju 3.000 dolar Amerika Serikat pada tahun 2025.

Meski begitu, Kar Yong Ang mengingatkan pemodal harus waspada terhadap kemungkinan volatilitas bursa pada jangka pendek.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi biaya emas adalah persaingan dengan Bitcoin. Meskipun emas masih berubah jadi pilihan utama bagi pemodal konservatif, Bitcoin mulai mendebarkan perhatian sebagai alternatif. Namun, pergerakan harga jual Bitcoin yang tersebut lebih lanjut volatil dibandingkan emas menimbulkan emas kekal tambahan stabil sebagai aset lindung nilai.

“Hubungan ini terlihat jelas pada bulan Agustus, ketika emas naik 2,2 persen sementara harga jual Bitcoin turun 8,5 persen,” ucapannya pula.

Artikel ini disadur dari Analis yakin harga emas terus meningkat hingga 2025

Exit mobile version