TEGALPOS.COM –
Jakarta – Mayoritas bursa Asia-Pasifik cenderung dibuka melemah pada perdagangan Mulai Pekan (5/2/2024), di tempat sedang sikap pemodal yang tersebut menanti rilis data dunia usaha cukup penting pada kawasan yang dimaksud juga di dalam global.
Per pukul 08:00 WIB, belaka indeks Nikkei 225 Negeri Sakura yang tersebut terpantau menguat pada hari ini, yakni naik 0,25%. Sisanya terpantau melemah.
Indeks Straits Times Singapura ambles 1,03%, KOSPI Korea Selatan ambruk 1,59%, juga ASX 200 Australia ambrol 1,17%.
Investor dalam Asia-Pasifik akan memantau beberapa rilis data dunia usaha pada hari ini seperti nomor aktivitas jasa China periode Januari 2024 dan juga transaksi jual beli ritel Singapura periode Desember 2024.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang digunakan cenderung melemah terjadi di tempat berada dalam bergairahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.
Pada perdagangan Hari Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,35%, S&P 500 naik dengan cepat 1,07%, kemudian Nasdaq Composite berakhir melejit 1,74%.
Indeks S&P 500 meningkat pesat ditopang oleh kinerja keuangan raksasa teknologi seperti Meta, induk Facebook. Saham Meta terbang 20% pada perdagangan terakhir pekan lalu setelahnya mengumumkan akan membagi dividen dan juga lonjakan pendapatan.
Saham Amazon juga terbang 7,9% akibat pendapatan dia di tempat menghadapi ekspektasi pasar.
“Ke depan hingga beberapa hari ke depan, penanam modal akan lebih tinggi fokus terhadap laporan kinerja keuangan lalu data sektor ekonomi untuk mengidentifikasi data-data untuk memperkirakan waktu pemangkasan suku bunga,” tutur analis dari InfraCap, Jay Hatfield, diambil dari Reuters.
Dari 230 perusahaan yang mana listing pada indeks S&P, sebanyak 80% melaporkan kinerja keuangan du melawan ekspektasi.
Namun, data tenaga kerja di dalam Amerika Serikat masih cukup panas, menyebabkan pangsa sedikit khawatir bahwa data ini akan sulit mendingin dan juga turut mempengaruhi sikap bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).
Pada Hari Jumat pekan lalu, Biro Ketenagakerjaan Amerika Serikat melaporkan data pekerjaan tercatat di area luar pertanian (nonfarm payroll/NFP) periode Januari 2024 sebanyak 353.000. Jauh dari ekspektasi yang dimaksud perkiraan bisa jadi turun ke 182.000 dari bulan sebelumnya sebesar 333.000 pekerjaan.
Tingkat pengangguran juga meleset dari perkiraan yang tersebut proyeksi sanggup naik ke 3,8â„…. Realisasi-nya pada Januari 2024 nomor pengangguran masih mirip dari bulan sebelumnya di dalam 3,7â„….
Pelaku bursa perlu mengantisipasi efek domino dari lingkungan ekonomi tenaga kerja yang tersebut ketat lantaran akan memicu sikap The Fed yang digunakan tak buru-buru memangkas suku bunga.
Ekonomi Negeri Paman Sam memasuki 2024 juga masih bertahan dalam sikap yang kuat. Fakta peningkatan kegiatan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal IV-2023 semakin menjauhi resesi dengan pertumbuhan 3,3%, terpencil di tempat melawan konsensus sebesar 2%. Serta, tingkat kenaikan harga masih di area menghadapi target bank sentral.
Pada pekan ini, masih ada beberapa data dunia usaha Negeri Paman Sam yang mana akan rilis. Pada Awal Minggu hari ini, akan disampaikan data Purchasing Managers Index (PMI) Composite kemudian Service periode Januari 2024 yang digunakan kemungkinan besar masih dalam level ekspansif.
Berikutnya pada Rabu, akan rilis data neraca dagang AS, beserta perkembangan ekspor serta impor-nya. Hari selanjutnya, setiap Kamis akan terus-menerus rilis klaim pengangguran mingguan. Untuk sepanjang pekan yang dimaksud berakhir 3 Februari 2023, klaim pengangguran terbuka diperkirakan turun 220.000 dari minggu sebelumnya sebesar 224.000.
Tak hanya saja itu saja, pekan ini, sejumlah pejabat The Fed akan menyampaikan pidato di dalam beberapa event. Pernyataan pejabat The Fed ini ditunggu bursa mengingat sinyal pemangkasan suku bunga belum juga terlihat.
Pernyataan dia diharapkan sanggup menjadi indikasi dari kebijakan The Fed yang tersebut baru akan menyelenggarakan rapat kembali pada akhir Februari.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?
SUMBER CNBC.COM