TEGALPOS.COM – Jakarta – Perang antara negara Israel lalu milisi Palestina Hamas, di area Kawasan Gaza Palestina, sudah pernah mengakibatkan dampak global baru. Ini adalah disebabkan aksi penyerangan kapal-kapal yang digunakan diduga terkait dengan negeri Israel di tempat Laut Merah, yang dimaksud diadakan oleh milisi Yaman, Houthi, sebagai bentuk solidaritas ke Hamas.
Serangan terhadap kapal-kapal dalam Laut Merah terus menggerakkan tarif angkutan laut lebih lanjut tinggi oleh sebab itu banyaknya armada dagang yang mana memutar menghindari perairan itu. Ini adalah memicu peringatan keras akan pemuaian serta tertundanya pengiriman barang.
Menurut para manajer logistik, hal ini sudah pernah menciptakan badai besar lalu “tsunami” di perdagangan global. Pasalnya, produk-produk musim semi kemudian panas akan tiba terlambat lantara kapal-kapal dagang memutuskan untuk mengitari Daratan Afrika alih-alih menyeberangi Laut Merah serta Terusan Suez.
Waktu perjalanan yang dimaksud lebih tinggi lama juga dapat menunda kedatangan barang-barang musim semi. Biasanya barang diambil sebelum Tahun Baru Imlek, yang digunakan ditetapkan pada bulan Februari, ketika pabrik-pabrik tutup kemudian karyawan pergi berlibur.
“Tekanan rantai pasokan yang dimaksud menyebabkan kenaikan harga bersifat ‘sementara’ pada tahun 2022 mungkin saja akan kembali terjadi apabila kesulitan di tempat Laut Merah juga Samudera Hindia terus berlanjut,” kata Kepala Eksekutif Lindsey Group, Larry Lindsey, terhadap CNBC International, Kamis (4/1/2023).
“Baik The Fed maupun ECB tidaklah dapat berbuat apa-apa terhadap hal yang dimaksud dan juga kemungkinan besar akan ‘menyelidiki’ naiknya harga yang tersebut diakibatkannya, yang berpotensi menyebabkan penurunan suku bunga meskipun tekanan naiknya harga agak meningkat,” tambahnya.
Sebenarnya kekerasan yang digunakan terus-menerus terjadi terhadap kapal komersial telah lama mendapat peringatan keras keras dari Amerika Serikat (AS). Jepang, Inggris, juga sembilan negara lainnya juga memberi kecaman.
AS bahkan mulai menerjunkan kapal militernya di area wilayah perairan itu. Di bawah naungan operasi Prosperity Guardian, militer Washington menembaki rudal serta drone milik Houthi.
Pekan lalu, Negeri Paman Sam bahkan menenggelamkan tiga kapal kelompok itu hingga menewaskan 10 orang. Ini adalah terjadi pada waktu Houthi mencoba menyerang kapal Maersk Hangzhou milik raksasa perkapalan Denmark, Maersk.
Meski mendapatkan penjagaan ketat, beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan juga Hyundai Merchant Marine (HMM) masih memilih untuk menghindari perairan itu. Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan dalam ujung Selatan Afrika.
Ini pun akhirnya berdampak pada kenaikan tarif pengiriman. Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat lebih tinggi dari dua kali lipat pada minggu ini menjadi dalam melawan US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.
Tarif dari Asia hingga Pantai Timur Amerika Utara juga meningkat sebesar 55% menjadi US$ 3,900 (Rp 60 juta) per kontainer berukuran 40 kaki. Harga dalam Pantai Barat naik 63% menjadi lebih besar dari US$ 2.700 (Rp 42 juta).
“Mengingat kenaikan nilai angkutan laut yang tiba-tiba, kita memperkirakan biaya yang dimaksud lebih banyak tinggi ini akan mengalir ke rantai pasokan lalu berdampak pada konsumen ketika kita memasuki kuartal pertama,” kata Alan Baer, pimpinan perusahaan pelayaran OL-USA.
“Ini adalah hambatan besar akibat penurunan nilai barang sudah meredakan tekanan inflasi,” timpal kepala pembangunan ekonomi pada Bleakly Financial Group, Peter Boockvar.
“Dan meskipun pertempuran yang dimaksud terjadi di tempat Laut Merah mampu berakhir kapan semata jikalau peperangan di dalam Wilayah Gaza berakhir, hal ini merupakan pengingat bagi The Fed bahwa mereka tiada boleh berpuas diri dengan perjuangan pemuaian apabila merekan tidaklah ingin mengulangi kejadian tahun 1970an,” tambahnya.
Artikel Selanjutnya Biaya Logistik Naik Imbas Serangan Houthi Di Laut Merah
SUMBER CNBC.COM