Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Bagaimana Orang Belanda Ngobrol ke Pribumi Saat Pertama Tiba dalam RI?

392
×

Bagaimana Orang Belanda Ngobrol ke Pribumi Saat Pertama Tiba dalam RI?

Sebarkan artikel ini

TEGALPOS.COM –

Jakarta – Narasi sejarah mencatatkan Belanda adalah negara yang tersebut paling lama menjajah Indonesia. Awalnya mereka itu datang di area Banten pada 1596 dengan motif perdagangan. Namun, perlahan motif yang disebutkan berubah jadi politik. Lewat berbagai cara, Indonesia jatuh juga ke tangan Belanda. 

Akan tetapi, pernahkah Anda bertanya-tanya: bagaimana cara orang Belanda juga orang Indonesia berinteraksi? Tentu, kita semua tahu bahwa ada perbedaan bahasa antara keduanya, lantas apakah merek berinteraksi dengan bahasa isyarat?

Pada dasarnya, perkembangan kolonialisme lalu imperialisme Eropa mau tak mau memunculkan keperluan mengomunikasikan antara orang Eropa juga penduduk lokal, termasuk warga Indonesia atau pada waktu itu disebut Nusantara. Orang Belanda dan juga pribumi sama-sama ingin mengerti bahasa satu mirip lain. 

Alhasil, tulis Djoko Soekiman dalam Kebudayaan Indis (2011), terjadi penyederhanaan tata bahasa dan juga kosa kata. Orang Belanda menyederhanakan bahasanya supaya mudah dimengerti pribumi. Begitu pula dengan orang pribumi yang tersebut melakukan penyederhanaan.

“Hal ini mengakibatkan kedua belah pihak dapat berkomunikasi, namun secara terpatah-patah,” tulis Djoko.  

Meski terpatah-patah, satu hal pasti komunikasi antara keduanya sudah ada memunculkan bahasa campuran. Bahasa campuran orang Belanda dengan orang Jawa yang tersebut sudah ada menguasai bahasa Melayu disebut sebagai bahasa peetjoek atau petjoek. 

Bahasa petjoek dianggap lebih tinggi hina

Pada awalnya, bahasa petjoek lazim digunakan pada waktu melakukan proses perdagangan. Namun, perlahan mulai digunakan secara luas sebagai cara berinteraksi non-formal oleh warga seiring terjadinya percampuran budaya. Biasanya pengguna bahasa ini adalah orang keturunan Belanda dengan ibu Jawa, keturunan Cina, lalu orang Timur asing. 

Akan tetapi, percampuran bahasa ini tetap memperlihatkan memerhatikan aspek superioritas orang Belanda. Mereka ingin bahasanya masih dominan di bahasa campuran tersebut. Orang Belanda biasanya juga tak mau keluarganya ngobrol pada rumah menggunakan bahasa campuran Melayu-Belanda.

Mereka masih ingin menggunakan bahasa Belanda dikarenakan dinilai lebih banyak sopan. Selain itu, mereka itu juga menganggap petjoek adalah bahasa hina dikarenakan dipengaruhi oleh orang yang dimaksud lebih lanjut rendah di hidup masyarakat, pada hal ini tentu cuma kaum pribumi. Atas alasan ini pula, bahasa petjoek lazim digunakan oleh orang miskin kemudian orang Belanda yang mana tak diakui.

Sekalipun ada segregasi di kebahasaan, kenyataannya bahasa yang disebutkan tetap saja digunakan warga luas sebagai cara mengomunikasikan selain bahasa Belanda, bahasa Melayu, atau bahasa daerah. Bahkan, pada beberapa wilayah percampuran tak cuma antara Melayu dengan Belanda, tetapi juga dengan bahasa daerah, seperti Sunda atau Jawa.

SUMBER CNBC.COM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *