Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Bule Pakai Tisu Buat Cebok, Ternyata Hal ini Alasannya…

451
×

Bule Pakai Tisu Buat Cebok, Ternyata Hal ini Alasannya…

Sebarkan artikel ini

TEGALPOS.COM –

Jakarta – Soal urusan toilet kemudian cebok, dunia seakan terpisah menjadi dua bagian: kelompok cebok pakai air lalu regu cebok pakai tisu. Biasanya, mayoritas yang tersebut memakai air berasal dari dunia Timur. Sementara pemakai tisu adalah publik Barat.

Lalu, mengapa ini dapat terjadi?

Kebiasaan membersihkan kotoran usai buang air besar sebenarnya sudah ada terjadi sejak lama. Dan setiap wilayah miliki budayanya berbeda, tetapi ketika itu tentu tak menggunakan tisu.

Biasanya, dia membersihkan kotoran sesuai adat istiadat lalu kondisi iklim. Bisa dengan air, dedaunan, rumput, batu, atau belaka tangan saja.

Seperti yang mana terjadi di tempat Romawi pada abad ke-6 SM. Penduduknya menggunakan batu untuk cebok. Atau warga Timur Tengah yang digunakan menggunakan air untuk membersihkan kotoran lantaran sesuai ajaran agama.

Dalam riset “Toilet hygiene in the classical era” (2012), penyelenggaraan tisu sebagai pembersih kotoran justru terdeteksi pertama kali di area China, tidak dunia Barat. Kala itu, penduduk China berhasil menciptakan tisu sebagai pengembangan lebih tinggi lanjut dari kertas, yang mana juga pertama kali ditemukan di area Negeri Tirai Bambu.

Jejak tisu toilet pertama kali muncul di area Barat pada abad ke-16. Sastrawan Prancis, Francois Rabelais, adalah orang pertama yang mana menyampaikan masalah tisu toilet. Itupun, katanya, tidak ada efektif digunakan buat cebok.

Lantas, apabila disebut tidaklah efektif, kenapa tisu toilet terus digunakan oleh warga Barat atau penduduk di tempat iklim non-tropis?

Menurut situs Buzz Feed, penyebabnya adalah faktor cuaca. Cuaca dingin tentu hanya menimbulkan rakyat di tempat sana malas bersentuhan dengan air. Entah itu urusan mandi atau cebok. Sementara penduduk tropis, tentu tidaklah keberatan kalau bersentuhan dengan air. Malah, jikalau tidaklah terkena air, seseorang merasa akan kegerahan.

Atas dasar inilah, terjadi perbedaan pemanfaatan media cebok antara dua penduduk itu. Warga Barat atau secara umum warga beriklim dingin menggunakan tisu. Sedangkan, sisanya menggunakan air. Plus penyelenggaraan air untuk cebok sejalan juga dengan ajaran keagamaan, baik itu dalam Islam atau Hindu.

Sebagaimana dilaporkan CNN International, kepopuleran tisu sebagai alat cebok oleh publik non-tropis sejalan dengan kemunculan masif pabrik tisu, terlebih usai muncul pembaharuan baru, yakni tisu gulung pada 1890.

Meski begitu, selain oleh faktor iklim, ternyata ada alasan lain yang mana memengaruhi, yakni pola konsumsi. Orang bule yang dimaksud biasa mengonsumsi makanan rendah serat menciptakan kotoran yang mana lebih tinggi sedikit juga rendah air, sehingga mereka membersihkannya belaka dengan tisu.

Sementara orang Asia, Afrika, dan juga sebagian Eropa kebalikannya. Mereka kerap menyantap makanan tinggi serat yang dimaksud memunculkan lebih tinggi sejumlah kotoran kemudian air. Alhasil, metode air pun jadi jalan terbaik membersihkan kotoran.

Terlepas dari perbedaan pasukan cebok pakai air atau tisu, riset ilmiah telah lama membuktikan bahwa cebok menggunakan air tambahan bersih. Kotoran yang tersebut mengandung bakteri juga kuman bisa saja seluruhnya hilang.

Kendati demikian, cebok pakai tisu sulit dilepaskan akibat sudah ada terlanjur terikat kebudayaan juga mengakar lintas generasi. Jadi, itulah alasan kenapa orang bule atau secara umum penduduk beriklim dingin terbiasa cebok semata-mata pakai tisu.

SUMBER CNBC.COM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *