Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Datang Sendirian, Orang Eropa Bikin ‘Istri Buatan’ Saat Tinggal dalam RI

386
×

Datang Sendirian, Orang Eropa Bikin ‘Istri Buatan’ Saat Tinggal dalam RI

Sebarkan artikel ini

TEGALPOS.COM –

Jakarta, CNBC Indonesia – Sejak dimulainya kolonialisme, orang Belanda mulai berdatangan ke Indonesia. Mulai dari petinggi, pegawai hingga tentara datang silih berganti menggunakan kapal laut. 

Tujuan kedatangan merekan adalah untuk bekerja. Atas dasar inilah, mayoritas dari merekan tidaklah menyebabkan keluarga, khususnya Istri. Alhasil, selama bertahun-tahun, orang Belanda hidup orang diri di area wilayah baru sejauh 11.000 km dari tanah kelahiran. 

Tentu selama kurun waktu tersebut, orang Belanda, atau juga orang Eropa, tenggelam pada kesepian. Mereka tak sanggup menyalurkan hasrat seksual kemudian pada akhirnya melakukan berbagai macam hal.

Jika merekan punya uang lebih, maka mampu mendatangkan kekasih atau istri dari Belanda. Lalu, mampu juga pergi ke rumah bordil atau memperistri penduduk pribumi. Namun, bagi merek yang punya sedikit uang, maka cara terbaik adalah menghasilkan ‘istri buatan’.

Dengan bermodalkan busa yang tersebut dibalut kain lalu dibentuk panjang menyerupai istri, merekan melakukan fantasi seakan-akan benda itu adalah kekasih atau istrinya. Dalam Seabad Grand Hotel Prenager (2000), kelak benda yang dimaksud dikenal sebagai Dutch wife atau Istri Belanda.

Sebagai satu-satunya cara paling murah, maka popularitas Dutch wife dengan segera meroket. Seiring terjadi percampuran budaya antara orang Belanda dengan penduduk lokal, maka Dutch wife juga dipakai oleh warga serta menjadi bagian yang tak terpisahkan ketika tidur.

Kelak, Dutch wife berubah nama serta dikenal sebagai guling oleh rakyat luas. Atas dasar inilah, guling belaka ada dalam Indonesia. Di luar negeri, tak ada yang namanya guling sebagai teman tidur tidur. Bahkan, Soekarno pun bangga berhadapan dengan keberadaan guling sebagai warisan kolonialisme yang digunakan jadi identitas bangsa. 

Orang Indonesia hidup dengan getaran perasaan. Kita satu-satunya bangsa di dalam dunia yang mana mempunyai jenis bantal yang digunakan digunakan hanya sekali untuk berpelukan. Di setiap tempat tidur Indonesia, ada bantal sebagai hulu dan juga bantal kecil yang tersebut disebut guling. Guling ini sanggup kita peluk sepanjang malam,” ujar Bung Karno sebagaimana yang mana ditulis Cindy Adams di Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat. (1965).

Artikel Selanjutnya 10 Negara Legalkan Bunuh Diri, Bisa Rancang Kematian Sendiri

SUMBER CNBC.COM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *