TEGALPOS.COM –
Jakarta, CNBCÂ Indonesia – Likuiditas perbankan belakangan ini memang benar cenderung menurun. Fakta yang dimaksud diungkap oleh Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Dia mengungkapkan terdapat faktor internal yang memicu kondisi kekeringan uang di dalam RI yang digunakan sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo tersebut.
“Kalau kita bicara tentang likuiditas memang sebenarnya likuiditas perbankan telah menunjukkan tren menurun,” kata Josua dikutipkan Hari Sabtu (27/1/2024).
Josua mengatakan, dari faktor internal pada negeri permintaan kredit dari lapangan usaha memang sebenarnya sedang melambat. Mengutip beberapa survei permintaan kemudian penawaran pembiayaan perbankan, kata dia, mayoritas sumber pembiayaan lapangan usaha pada waktu ini adalah dana sendiri, yaitu sekitar 63%.
“Korporasi masih mendapatkan pembiayaan dari dana sendiri, sementara untuk keinginan penambahan pembiayaan ke perbankan itu relatif menurun,” tuturnya.
Dia mengungkapkan menurunnya permintaan kredit ke perbankan itu disebabkan oleh kapasitas produksi bidang juga kondisi kegiatan ekonomi yang digunakan memang sebenarnya cenderung turun. Akibatnya, permintaan pembiayaan dari korporasi terhadap perbankan terlibat melambat.
Dalam kondisi permintaan kredit yang dimaksud turun, kata dia, perbankan harus tetap saja mencari cara untuk sanggup menghasilkan. Maka itu, penempatan dana di area Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi salah satu opsi yang digunakan harus diadakan oleh perbankan.
Josua menyatakan penempatan di tempat SRBI serta instrumen pemerintah lainnya memang benar tiada ideal. Namun, pihak perbankan bukan punya banyak pilihan ketika menghadapi permintaan kredit yang digunakan seret.
“Bagaimana kita harus mengoptimalkan pembayaran terhadap deposan kalau bukan menempatkan dananya ke instrumen BI atau pemerintah, dikarenakan dari sisi permintaan kredit sendiri masih terbatas,” jelas dia.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyoroti perputaran uang pada Indonesia yang semakin kering pada akhir 2023 lalu. Dia mengingatkan hal ini bisa jadi mengganggu sektor riil. Di depan beratus-ratus bankir yang digunakan mengunjungi Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Jokowi mengungkapkan beliau telah mendapat keluhan dari pelaku bisnis mengenai keringnya peredaran uang di area masyarakat.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan perkembangan dana pihak ketiga atau DPK lalu kredit di area perbankan pada tahun ini akan rendah, masing-masing di area kisaran 6%-8%, serta 7%-9%. Sedangkan bank besar bisa saja di tempat atasnya sekitar 1%-2%.
Gagal tumbuhnya DPK dan juga kredit, kata dia, dipicu sikap hati-hati perbankan oleh sebab itu adanya risiko tekanan sektor ekonomi global akibat perang, nilai komoditas yang dimaksud bergejolak, pelemahan ekonomi, dan juga masih tingginya naiknya harga dan juga suku bunga acuan bank sentral global. “Ini jadi catatan dikarenakan appetite sebenarnya untuk memberikan kredit itu masih cukup tinggi, namun bank akan sangat prudent mengawasi dan juga memitigasi risiko sambil mengawasi peluang,” tutur Asmo.
Ketua Sektor UMKM Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ronald Walla menyatakan pengusaha perusahaan masih memantau perkembangan kondisi untuk mulai agresif melakukan investasi. Dia bilang faktor global serta Indonesia menjadi poin krusial yang mana diperhatikan pengusaha.
Menurut dia, selama kompetisi pemilihan raya 2024, pengusaha perusahaan akan mengambil sikap hati-hati untuk memulai investasi.
“Pengusaha sedang mengempiskan investasi, wait and see lantaran sekarang tahun politik. Masih banyak yang tersebut mempertanyakan apakah aman atau tidak. Jadi keamanan dari pesta demokrasi akan meningkatkan kepercayaan diri penanam modal masuk ke Indonesia lebih banyak cepat lagi.” pungkasnya.
Artikel Selanjutnya Jelang Akhir Masa Jabatan, Ini adalah Ketakutan Jokowi Soal Nasib RI
SUMBER CNBC.COM