Scroll untuk baca artikel
Otomotif

Isuzu juga Toyota tanggapi Menperin persoalan impor D-cab

257
×

Isuzu juga Toyota tanggapi Menperin persoalan impor D-cab

Sebarkan artikel ini

Ibukota (ANTARA) – PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) dan juga PT Toyota Astra Motor (TAM) menanggapi pernyataan Menteri Manufaktur Agus Gumiwang perihal impor kendaraan kabin ganda (double cabin/D-cab).

Baru-baru ini, Menteri Agus memohonkan prinsipal produsen roda empat untuk mengevaluasi kembali pemikiran memilih Thailand sebagai pusat produksi kendaraan-kendaraan niaga, satu di antaranya D-cab ketimbang Indonesia.

Ia juga menyoroti mayoritas kendaraan yang disebutkan hadir di dalam Negara Indonesia namun belum diproduksi lokal alias masih berstatus CBU (Completely Built Up) atau impor utuh dari negara luar.

Menanggapi hal ini, Kepala Operasional Bisnis & Strategi PT IAMI, Attias Asril mengungkapkan pemerintah diperlukan memberikan insentif yang mana tepat untuk dapat mewujudkan hal tersebut.

“Pastinya harus ada kompensasi atau insentif pendukung, kalau tidak, serta kalau (hanya) apa adanya seperti sekarang, ‘pindahkan semua pabriknya’ kemungkinan besar berat,” kata ia pada jumpa pers ke Jakarta, hari terakhir pekan (22/3) malam.

Attias menyampaikan harus perhitungan lebih banyak pada untuk memindahkan pabrik ke Tanah Air atau menjadikan Tanah Air sebagai pusat produksi kendaraan-kendaraan niaga, salah satunya D-cab.

Baca juga: Total penanaman modal perakitan kendaraan listrik RI capai Rp4,49 triliun

Baca juga: Pemerintah revisi target TKDN kendaraan listrik untuk tarik investasi
 

Isuzu D-Max (ANTARA/X/Isuzu Philippines)

“Gambarannya begini, pasarnya seberapa besar? pemain yang dimaksud bermain ke situ berapa? jadi pada setiap tahun itu berapa setiap kalau dibagi rata? Kalau dipindahkan, dengan hanya sekali segitu, harganya akan jadi mahal apa enggak? Supaya terjangkau bagaimana? Harus ada apa? Hitung-hitungannya begitu,” ujar Attias.

Hal sama juga diungkapkan Toyota, yang ketika ini masih mengimpor pikap andalannya Toyota Hilux di bentuk CBU dari Thailand.

Direktur Pemasaran PT TAM Anton Jimmy mengungkap ada beberapa factor penyebab masih impor, utamanya ialah lingkungan ekonomi Indonesi yang digunakan condong pada mobil penumpang tiga baris (3-row seater).

“Produksi itu sejumlah faktornya, Negara Indonesia kuat ke kendaraan jenis 3-row seater, itu kenapa kita kuat pada Calya, Avanza, Innova, kalau dilihat negara manapun pada ASEAN, Indonesi adalah pusatnya, tapi kalau pikap pusatnya adalah ke Thailand," kata Anton pada jumpa pers dalam Jakarta, Selasa (19/3).

“Jadi kalau memang benar Indonesi ingin memproduksi pikap, pangsa pikapnya harus diperbesar,” tambahnya.

Lebih lanjut, Anton mengungkap pangsa mobil pikap kemudian D-cab terbesar ke planet adalah ke Thailand kemudian Amerika Serikat, pasarnya tembus pada menghadapi 50 persen, atau sekitar 400 ribu unit.

"Saya setuju kita ingin lokalisasi, tapi kita harus realistis juga bahwa Negara Indonesia adalah negara yang fokusnya 3-row seater, serta sebenarnya yang digunakan kita harapkan, ketimbang mengawasi prioritas pikap, kita harus pertahankan yang tersebut yang digunakan sudah ada ada di dalam Indonesia, diantaranya hybrid,” ujar Anton.

Berdasarkan data Federation of Thai Industries (FTI) per Januari 2024, pelanggan otomotif Thailand masih didominasi mobil D-cab, dengan pemasaran Toyota Hilux sebanyak 9.354 unit dan juga urutan kedua Isuzu D-Max dengan besar pemasaran 9.325 unit.

Baca juga: Kemenperin berjanji atasi inovasi iklim lewat ragam regulasi BEV

Baca juga: Kemenperin kebut target pengembangan habitat kendaraan listrik 2030

Baca juga: Pemerintah bidik produksi kendaraan bermotor 10 jt unit
 

Artikel ini disadur dari Isuzu dan Toyota tanggapi Menperin soal impor D-cab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *