Berita

Kurang Disorot, AJI Bongkar Praktik Culas Seleksi Dosen CPNS

411

TEGALPOS.COM – Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Sasmito Madrim menyoroti tindakan hukum terkait adanya dugaan kecurangan di proses seleksi dosen calon pegawai negeri sipil atau CPNS yang kekinian kurang diangkat media. Padahal, proses seleksi yang mana menggunakan dana anggaran pendapatan juga belanja negara atau APBN yang disebutkan semestinya menjadi perhatian oleh sebab itu menggunakan dana publik.

“Sistem CPNS yang dimaksud menggunakan APBN kemungkinan besar seharusnya juga menjadi perhatian, sebab ada penyelenggaraan dana publik. Kemudian, terkait kecurangan itu harus dirincikan, seperti pola kemudian bentuk kecurangannya. Tidak berbagai kawan-kawan media yang dimaksud fokus ke isu pendidikan,” kata Sasmito terhadap wartawan, Hari Minggu (28/1/2024).

Sasmito menilai adanya temuan terkait dugaan kecurangan yang dimaksud sudah ada semestinya dijalankan investigasi oleh pihak pengawas terkait. 

“Kalau memang sebenarnya bukti-bukti itu mampu dikumpulkan dan juga diakses ke masyarakat sehingga sanggup lebih lanjut terbuka ke lapangan, dan juga dugaan ini harus dilaporkan dan juga ditanggapi instansi pengawas atau penindakan untuk melakukan investigasi pengumpulan bukti-bukti,” katanya. 

Sebagaimana diketahui, tahapan seleksi dosen CPNS Kemendikbudristek Tahun 2023 sudah pernah memasuki tahap akhir, yaitu mengantisipasi pengumuman kelulusan pasca masa sanggah. Namun, di area berada dalam proses yang disebutkan justru muncul beberapa indikasi maniplasi. 

Kebanyakan kontestan merasa dieliminasi di tes wawancara juga tes keterampilan mengajar atau microteaching yang dimaksud merupakan bagian tes Seleksi Kompetensi Sektor (SKB) yang digunakan tanggung jawabnya diserahkan pada masing-masing perguruan tinggi.

Satrio misalnya, salah satu kontestan seleksi merasa keberatan terhadap hasil penilaian microteaching yang tersebut dijalaninya. Sebab ia menemukan adanya kejanggalan di tempat balik kesenjangan penilaian antar penguji.

“Kedua penguji adalah dosen saya sewaktu menempuh studi sarjana. Total nilai microteaching saya 15,5. Saya diberitahu bahwa satu penguji memberikan nilai saya 19. Dan penguji lainnya memberikan nilai di tempat bawah ambang batas atau kurang, dikarenakan beliau beranggapan saya tidak ada menjawab pertanyaanya dengan benar,” terang Satrio di diskusi virtual Pertemuan Komunikasi Audien CPNS Kemendikbudristek 2023 pada Hari Sabtu petang (20/1/2024) lalu.

Satrio merasa kalau dirinya telah terjadi menjawab dengan baik pertanyaan yang disebutkan dan juga menyelesaikan tes microteaching sampai akhir.

“Saya merasa ada kesenjangan penilaian. Salah satu penguji berpandangan bahwa penampilan juga jawaban saya baik-baik saja. Disparitas nilai antar penguji menghasilkan saya bertanya-tanya apa motivasinya?” ungkapnya.

Satrio lantas menjelaskan bahwa pemilihan materi atau mata kuliah di microteaching berdasarkan pada kompetensi yang mana ia miliki. 

“Saya mengambil mata kuliah Pengantar Pengetahuan Sejarah sebab pada masa studi sarjana mendapatkan nilai sangat memuaskan pada mata kuliah tersebut. Kuantitas yang dimaksud sebanding juga didapatkan pada mata kuliah yang tersebut beririsan yaitu Metodologi Sejarah ketika studi master,” terang Satrio. 

Dia juga menjelaskan kompetensinya ini juga telah terjadi ditunjukkan di berbagai pengalaman yang dimaksud diakui melalui sertifikat dari berbagai instansi baik dalam pada maupun di tempat luar negeri. 

Pada tahun 2021, Satrio diakui sebagai Overseas Researcher untuk National University of Singapore (NUS) oleh Associate Professor Masuda Hajimu. Di tahun yang tersebut sama, Lembaga Sertifikat Profesi Kebudayaan Kemendikbud mengakui bahwa Satrio berkompeten pada bidang sejarah. Selain itu, ia juga dipercaya melakukan penelitian kemudian penulisan untuk berbagai instansi seperi Pusat Sejarah Kepolisian Negera Republik Indonesia, Kemendikbud juga lainnya.  

Atas dasar itu, ia melakukan sanggah berhadapan dengan perolehan nilai 15,5 pada ketika microteaching. Sebelumnya, dari tiga partisipan di tempat formasinya, Satrio menduduki peringkat kedua pada perolehan nilai SKD CAT, begitupun dengan tes wawancara dan juga SKB CAT dirinya setiap saat menduduki peringkat kedua dari jumlah keseluruhan keinginan dua formasi pada perolehan seluruh tes kecuali microteaching. Satrio juga menambahkan disparitas nilai terjadi juga pada perolehan antar nilai.

“Saya menjalani sanggah baik melalui akun SSCASN serta bersurat tidak ingin diluluskan. Tapi berharap transparansi, keadilan, juga objektifitas di penyelenggaraan pengadaan PNS ini berjalan sebagaimana amanat Undang-Undang lalu Peraturan otoritas yang digunakan saya tulis di surat sanggah,” pungkas Satrio.

SUMBER SUARA.COM

Exit mobile version