TEGALPOS.COM – Omi Komariah Madjid meluapkan isi hatinya saat bertemu KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus dalam Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023). Istri mendiang cendekiawan Nurcholish Madjid atau Cak Nur itu menangis ke Gus Mus akibat tak kuasa melihat adanya nepotisme kekuasaan yang tersebut dipertontonkan di area depan masyarakat.
Omi mengaku prihatian dengan kondisi tersebut. Sebabnya, tidaklah ada rasa malu atau pun salah yang dimaksud dipikirkan oleh pelaku nepotisme kekuasaan.
“Sangat memperihatinkan sekali bahkan nepotisme kekuasaan, Anda lihat sendiri ditunjukan, dipertontonkan kepada kita semua secara terbuka tanpa rasa malu kemudian rasa salah serupa sekali,” kata Omi dalam konferensi pers dikutip Suara.com melalui YouTube YouthTV Indonesia, Minggu (12/11/2023).
“Itu yang digunakan tadi saya nangis ke Gus Mus,” sambungnya.
Air mata Omi jatuh sebab mengingat bagaimana bangsa Indonesia susah payah menumbangkan korupsi, kolusi serta nepotisme (KKN) pada 1998. Reformasi menjadi bukti rakyat Indonesia mempunyai tujuan baik demi kelangsungan negara.
Namun sayangnya, ia melihat semangat Reformasi itu tak ditunaikan secara sungguh-sungguh.
Seiring berjalannya waktu, KKN justru terus menjalar bahkan menggurita. Omi berpikir, negara itu menjadi wadah pengabdian untuk rakyat.
Tetapi, itu malah nihil akibat tertutup dengan budaya KKN.
“Justru negara malah sudah diselewengkan sangat jauh sebagai ajang korupsi, kolusi dan juga nepotisme,” ucapnya.
Omi juga kebingungan, ketika berbagai elemen rakyat kerap menggelar diskusi untuk mengingatkan bahayanya KKN untuk keberlangsungan negara. Tetapi, di area tengah semangatnya rakyat itu, penguasa malah melakukannya.
“Ada apa ini? Ke mana, hati nurani pemimpin kita itu?” ungkapnya.
Ia pun menyimpulkan kalau hati nurani penguasa sudah tertutup oleh ganasnya kekuasaan.
“Jadi nafsu artinya kekuasaan itu menjadikan orang tertutup hati nuraninya,” ucapnya.
Meski demikian, Omi mengingat pesan dari mendiang suaminya untuk bukan boleh menyerah begitu saja. Hal yang digunakan sanggup dikerjakan oleh penduduk ialah terus menyuarakan ketidakadlan.
Ia juga mengaku masih menaruh harapan kepada publik yang digunakan juga melihat nepotisme kekuasaan untuk sama-sama menyampaikan suaranya.
“Saya masih menaruh harapan serta optimisme kepada teman-teman kepada Anda-Anda sekalian, kepada rakyat Indonesia mari lah kita bersuara untuk mengawal kemajuan rakyat Indonesia mencapai tujuannya sebagaimana adalah ditetapkan oleh para pendiri bangsa,” tuturnya.
SUMBER SUARA.COM