Internasional

SKK Migas menyinggung tingginya pemerintah tanggung HGBT untuk listrik

637

Jadi, yang digunakan paling sejumlah ketidakcukupan bagi negara itu ada di dalam kelistrikan, teristimewa yang digunakan dari LNG (liquefied natural gas/gas alam cair).

Jakarta – SKK Migas memaparkan bahwa salah satu alasan alokasi biaya gas bumi tertentu (HGBT) tiada termanfaatkan dengan maksimal adalah akibat ketidakcukupan dana pemerintah untuk menanggung selisih harga, serta yang dimaksud paling banyak berasal dari sektor kelistrikan.

“Jadi, yang mana paling sejumlah ketidakcukupan bagi negara itu ada di kelistrikan, khususnya yang tersebut dari LNG (liquefied natural gas/gas alam cair),” ujar Kepala Divisi Komersialisasi Minyak serta Gas Bumi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Acara Usaha Hulu Minyak dan juga Gas Bumi (SKK Migas) Rayendra Sidik di acara diskusi media bertema, “Proses Komersialisasi Minyak serta Gas Bumi”, di Jakarta, Kamis (28/3) malam.

Terkait hal tersebut, Rayendra menjelaskan pandangan mengenai HGBT menggunakan perumpamaan nilai gas senilai 6 dolar Amerika Serikat (AS), dengan pembagian 3 dolar Negeri Paman Sam untuk penanaman modal dan juga produksi, 2 dolar Negeri Paman Sam untuk pemasukan negara, kemudian 1 dolar Amerika Serikat untuk kontraktor.

Untuk menyebabkan nilai tukar gas turun dari 6 dolar Negeri Paman Sam berubah menjadi 5 dolar AS, kata dia, seharusnya penurunan pembagian diwujudkan secara proporsional. Akan tetapi, untuk terus merawat ketertarikan bagi kontraktor, maka yang tersebut dipotong adalah bagian untuk pemasukan negara. Selisih tersebutlah yang ditanggung oleh negara agar tiada mengganggu bagian untuk kontraktor.

“Jadi, bagian pemerintah dikurangi dari 2 dolar Negeri Paman Sam bermetamorfosis menjadi 1 dolar AS, sementara kontraktor itu kekal 1 dolar AS. Sebenarnya, konsepnya seperti itu. Itulah HGBT,” ujar dia.

Dalam hal pemanfaatan LNG untuk kelistrikan, Rayendra menjelaskan bahwa kontrak antara LNG Tanggung dengan PLN menggunakan nilai yang mana fluktuasi atau mempunyai karakteristik naik-turun yang tersebut tajam.

“Menggunakan formula kontrak yang dimaksud mengacu ke harga jual minyak dunia. PLN dapat nilai tukar yang digunakan lebih tinggi baiklah,” kata beliau lagi.

Akan tetapi, pada pertengahan tahun, Rayendra mengutarakan berjalan lonjakan pada nilai gas. Kenaikan yang dimaksud mengakibatkan pemerintah kesulitan untuk melindungi nilai gas

“Untungnya, PLN juga cukup bekerja mirip dengan kami. Kami bilang, ini bagian negara tidaklah cukup (menanggung selisih). (Dijawab) Yaudah, diganti belaka ke biaya semula. Ya, akhirnya dalam situlah, kembali ke harga, formula semula,” kata Rayendra pula.

Artikel ini disadur dari SKK Migas menyinggung tingginya pemerintah tanggung HGBT untuk listrik

Exit mobile version