Berita

Top! RI Bakal Produksi Bioavtur 100% pada Tahun 2026

606

TEGALPOS.COM –

Jakarta – Indonesia diproyeksikan dapat memproduksi bioavtur atau materi bakar penerbangan berbasis item turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dengan kapasitas penuh atau 100% pada tahun 2026 mendatang.

Plt. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan juga Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Tenaga dan juga Informan Daya Mineral (ESDM), Jisman Parada Hutajulu mengungkapkan, di dalam Indonesia sendiri sudah ada melakukan uji coba penerbangan menggunakan bioavtur pada Oktober 2023 lalu.

“Pengembangan BBN (Bahan Bakar Nabati) transportasi udara. Sudah ada uji terbang penerbangan menggunakan Garuda menggunakan bioavtur kemudian berhasil,” ujar beliau ketika Forum Pers dalam Kantor Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Kelak, pemerintah akan meningkatkan penerapan pemakaian bioavtur pada penerbangan usai berhasilnya uji coba penerbangan menggunakan bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan campuran 2,4% produk-produk sawit pada Green Refinery Kilang Cilacap. “Informasi baru 1 sayap tapi lumayan, tapi ini sudah ada uji pelaksanaan yang sudah ada berhasil, nanti kita akan tingkatkan,” tambahnya.

Asal tahu saja, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, mengungkapkan bahwa perusahaan memiliki target untuk memproduksi bioavtur 100% pada 2026 mendatang.

Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, untuk mencapai target bioavtur 100%, maka pada masa kini perusahaan berada dalam menyelesaikan fase 2 Green Refinery Cilacap.

“Dari sisi pabrik, kita pada waktu ini sedang mengembangkan untuk bisa saja memproduksikan 100% bioavtur, rencananya dalam 2026 bisa on stream. Bisa on stream 2026 serta unsur bakunya, materi bakunya pun nanti mampu multiple feedstock,” jelasnya untuk CNBC Indonesia pada acara Energy Corner, Selasa (2/1/2024).

Dia menyebutkan, produksi bioavtur mencapai 100% yang dimaksud tidak cuma memanfaatkan materi baku minyak sawit, tapi bisa saja juga minyak jelantah hingga lemak binatang.

“Itu bukanlah cuma dari Crude Palm Oil, tetapi kita sekarang ini untuk juga ada fleksibilitas dari used-cooking oil, kemudian juga dari animal fat itu salah satu multiple feedstock yang dimaksud kita desain di plan dalam Green Refinery Fase 2, Cilacap,” tambahnya.

Dia pun menyebut, pada 2030 Indonesia kemungkinan akan menerapkan campuran 5% bioavtur. Bila produksi dari kilang di negeri masih berlebih, maka tak melakukan penutupan kemungkinan bahwa barang bioavtur ini mampu diekspor.

“Tapi ini SAF 100%, bukanlah 2,4% lagi, untuk memenuhi permintaan baik nantinya mungkin saja pemerintah akan memandatkan penyelenggaraan SAF di tempat 2030 5% untuk semua airlines. Kita sudah ada siap juga juga kemungkinan besar nanti remaining produksinya kita mampu ekspor,” jelasnya.

Dia juga mengatakan, pihaknya pada waktu ini sedang mengamati prospek penyelenggaraan bioavtur di area luar negeri, sehingga ada kesempatan untuk menjajaki lingkungan ekonomi ekspor ke depannya.

“Memang nanti ada peluang, padahal dalam kita di negeri mungkin saja semata-mata 5% itu mandatory requirement untuk airlines, tetapi kita harus lihat melalui Patra Niaga tadi yang dimaksud saya sampaikan, meninggalkan seperti apa demand di tempat luar, oleh sebab itu yang digunakan kami peroleh juga pada waktu ini, bahwa requirement di tempat luar telah tambahan duluan untuk pemakaian bioavtur,” tambahnya.

“Nah itu adalah opportunity untuk kita bisa jadi mendapatkan revenue stream dari ekspor untuk bioavtur ini ke depan,” tandasnya.

Artikel Selanjutnya Pertamina Isi Awal SAF Untuk Penerbangan Komersil

SUMBER CNBC.COM

Exit mobile version