Berita

UNESCO: Irigasi Subak Bali Contoh Ideal Relasi Manusia dengan Perairan

1964

TEGALPOS.COM – Direktur kemudian Perwakilan UNESCO Kantor Asia Timur, Shahbaz Khan menyebut sistem irigasi Subak di dalam Bali menjadi contoh ideal relasi manusia dengan lingkungan, khususnya dalam pemakaian air.

“Ada beberapa orang contoh bagaimana peradaban manusia dapat harmonis dengan air salah satu contoh yang mana sangat baik adalah Subak di tempat Bali, namun ada juga banyak contoh di tempat China,” kata Shahbaz Khan pada Nanjing, provinsi Jiangsu, China pada Jumat (24/11/2023).

Shahbaz Khan menyampaikan hal yang pada pembukaan acara “Yangtze Culture Forum” dengan tema “Flowing Rivers, Converging Future” sebagai seminar yang mendiskusikan kerja sejenis untuk mengatasi hambatan sungai di tempat berbagai negara.

Menurut Khan, UNESCO saat ini menggalakkan penerapan “Integrated Water Resources Management” (IWRM), yaitu konstruksi yang tersebut mengoordinasikan manajemen air, daratan lalu sumber daya untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial maupun kegiatan ekonomi tanpa menyisihkan lingkungan hidup.

“Caranya dengan mengintegrasikan pemahaman budaya juga nilai-nilai konservasi perairan dengan metode ilmu pengetahuan termasuk mengupayakan peraturan yang tersebut lebih banyak mengikat dalam pembangunan suatu kota terkait dengan air kemudian sanitasi,” ujar Khan.

Subak, menurut Khan mempunyai prinsip yang dimaksud menyatukan tiga unsur melalui prinsip Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana sendiri berasal dari tiga kata, Tri yang mana artinya tiga, Hita adalah kebahagiaan atau kesejahteraan, kemudian Karana artinya penyebab. Bentuk penerapan dari Tri Hita Karana dibagi menjadi tiga unsur penting sebagai wujud ritual atau hubungan antara manusia, Tuhan juga alam.

“Subak menunjukkan prinsip Tri Hita Karana. Ketiganya menjadi ekuilibrium atau keseimbangan antara manusia, lingkungannya serta juga Tuhan. Prinsip itu sangat spesial, jadi bagaimana kita menciptakan kedamaian dengan lingkungan sekaligus membawa spiritualitas melalui air sekaligus pariwisata ramah lingkungan,” tambah Khan.

Khan menggalakkan lebih tinggi banyak pemerintah maupun pihak swasta hingga rakyat umum untuk lebih banyak sering berdiskusi demi mendengar pandangan satu mirip lain.

“Elemen yang tersebut kita sebut sebagai ‘warisan yang dimaksud hidup’ (living heritage) sangatlah penting, pada China juga ada contoh menarik seperti Festival Perahu Naga, namun selain festival itu ada juga orang-orang yang digunakan tinggal di area sepanjang sungai lalu air sebagai bagian dari komunitas dapatkah merekan menjangkau sistem air bersih namun sekaligus sarana lainnya sehingga menjaga air pun menjadi tanggung jawab bersama,” ungkap Khan.

Anggota Komite Pengarah Partai Komunis China (PKC) Provinsi Jiangsu dan juga juga Sekretaris dari Komite PKC Kota Nanjing Han Liming mengatakan hampir semua peradaban besar ada dalam pinggir sungai.

“Termasuk di area China yaitu pada Sungai Yangtze serta Sungai Kuning, dialog antara peradaban-peradaban besar di dalam tepi sungai sangat penting bukan belaka pada masa lalu tapi lebih besar lagi pada masa sekarang untuk menghubungkan kota-kota besar dalam dunia,” kata Han Liming.

Diketahui, sejak 29 Juni 2012 dalam sidang ke-36 Komite Warisan Dunia UNESCO pada Saint Peterburg, Rusia, pengusulan Subak sebagai Warisan Budaya Dunia sudah pernah disetujui kemudian ditetapkan oleh UNESCO.

Sesuai dengan pengajuannya, Subak di dalam Bali yang mana miliki luas sekitar 20.000 hektare terdiri atas subak yang berada dalam lima kabupaten, yaitu kabupaten Bangli, Gianyar, Badung, Buleleng dan juga Tabanan. (Antara)

SUMBER SUARA.COM

Exit mobile version